Kalangan aktivis lingkungan di Jambi menilai, tewasnya Indra (21), anggota Serikat Tani Tebo, sebagai pembunuhan terencana oleh petugas keamanan di areal konsesi PT Wira Karya Sakti, anak usaha Sinarmas Forestry. Polisi masih mengejar pelaku dan menelusuri latar belakang pembunuhan itu.
Aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jambi, Rudiansyah, kepada pers di
Jambi, Senin (2/3/2015), meyakini pengeroyokan terhadap Indra telah direncanakan oleh tujuh petugas keamanan yang bertugas di Pos 803, dalam areal konsesi hutan tanaman industri PT Wira Karya Sakti (WKS) di Lubuk Mandarsah, Kabupaten Tebo, Jambi.
Indra, anggota Serikat Petani Tebo, Provinsi Jambi, ditemukan tewas setelah 16 jam hilang. Indra diduga diculik dan dikeroyok tim keamanan kontrak PT WKS, Sabtu (Kompas, 2/3/2015).
Dia menjelaskan, Indra dikeroyok saat hendak melewati pos portal perusahaan, Jumat (27/2) sore. Indra berkendara dengan Nick Karim, aktivis Walhi Jambi. Saat itu, petugas tidak mengusik Nick. Malah Nick sempat berusaha menolong Indra. Nick lalu ke desa terdekat meminta pertolongan. ”Dari sini sudah jelas, para petugas telah menjadikan Indra sebagai target,” ujarnya.
Sewaktu massa petani mendatangi pos portal untuk memberikan pertolongan, Indra tidak ada. Petugas yang masih tersisa di pos mengatakan, Indra dibawa ke arah Distrik 8 dengan mobil bak terbuka. Jasad Indra ditemukan keesokan harinya, setelah salah satu pelaku menghubungi rekannya dan mengatakan tubuh Indra ada di distrik itu.
Direktur Walhi Jambi Musri Nauli mendesak polisi mengusut kasus ini hingga tuntas. Hal senada dikemukakan Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria Iwan Nurdin.
Taufik Qurochman dari Humas PT WKS mengatakan, telah menindak tegas dengan memecat 10 anggota stafnya, yaitu 7 petugas keamanan di Pos 803, 2 komandan sekuriti, dan kepala sekuriti Distrik 8.
Terkait peristiwa itu, Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Tebo Ajun Komisaris Ridwan Hutagaol mengatakan, masih terus mencari pelaku. Pencarian meluas ke luar Tebo. (ITA)
Editor | : Caroline Damanik |
Sumber | : KOMPAS CETAK |