Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jambi, Musri Nauli, mengatakan, konflik manusia dan satwa itu sering terjadi di kawasan Taman Nasional Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kawasan PT LAJ, Bukit 30 Kabupaten Tebo, Taman Nasional Kerinci Seblat dan Tanjungjabung Barat.
“Konflik manusia dan satwa itu yakni Gajah dan Harimau. Hewan lain tidak. Artinya konflik antara satwa dengan manusia terjadi setiap dua hari sekali,” ujar Musri Nauli, kepada jambiupdate.com.
Konflik itu, kata Musri, banyak disebabkan oleh hutan tempat jelajah mereka sudah menjadi jalan umum atau perkebunan. Akibatnya satwa masuk kampung dan bertemu warga konflik pun terjadi.
Mengatasi itu, lanjut Musri, perlu ada ketegasan Pemerintah untuk tidak lagi memberikan izin kepada perusahaan yang ingin membuka perkebunan. Selain itu, hutan yang sudah rusak dikelola dan direhabilitasi. Dengan begitu 10 tahun akan datang hutan yang rusak bisa dinikmati kembali.(fth)
http://jambiupdate.com/artikel-dalam-setahun-terjadi-150-konflik-masyarakat-dengan-satwa-di-provinsi-jambi-ini-penyebabnya-.html